BERITA
Prodi Pendidikan Antropologi Targetkan 8 HaKI Dalam 1 Semester
- 30 Agustus 2019
- Posted by: admin
- Category: Antropologi Berita

MEDAN – Pogram Studi (Prodi) Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Unimed, mempunyai target untuk menerbitkan minimal delapan buah karya yang memiliki sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Target tersebut diharapkan selesai dalam satu semester, dari Juli hingga Desember 2019. Hal tersebut diungkapkan Ketua Prodi Pendidikan Antropologi, Dr. Rosramadhana, M.Si., saat pelaksanaan “Workshop Penyusunan Bahan Ajar” yang digelar di Ruang Sidang FIS Unimed, Jumat (30/8/2019).
“Setidaknya pada akhir September (bulan), draf tiap bahan ajar sudah 80%. Jadi di Desember HaKI-nya sudah terbit semua,” tegas wanita yang akrab disapa Dhana ini.
Untuk memotivasi dosen dalam pengerjaan bahan ajar bersertifikat HaKi, kata Dhana, seluruh pembiayaan akan ditanggung universitas melalui kegiatan2 yang mendorong dosen untuk menulis. Ia juga menegaskan bahwa karya yang diterbitkan bukan hanya bahan ajar. Buku hasil karya penelitian dosen juga bisa dibantu untuk mendapatkan HaKi. Dhana optimis dengan target tersebut karena keseluruhan dosen Prodi Pendidikan Antropologi yang berjumlah 20 orang, akan terus diberikan pendampingan melalui pelatihan-pelatihan.
Hal ini ditegaskan oleh Wakil Dekan III FIS Unimed, Drs. Waston Malau, MSP. Disampaikannya bahwa FIS Unimed telah menyediakan anggaran yang cukup besar untuk membantu dosen mendapatkan sertifikat HaKI. “Kita juga mendatangkan pakar untuk memotivasi dosen,” ujar Waston.
Sementara itu, Guru Besar USU Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., yang didaulat menjadi narasumber dalam workshop tersebut menegaskan bahwa kunci terpenting dalam menghasilkan karya ialah memiliki jiwa pekerja keras. “Sebuah karya bukan tercipta di tangan orang pintar, melainkan di tangan pekerja keras,” ujar penulis buku Marsirimpa ini.
Untuk menjadi sebuah buku, kata Prof Robert, bukan hanya berasal dari hasil penelitian. Buku juga dapat dihasilkan dari kajian konseptual terhadap tulisan-tulisan karya orang lain. Selain itu, bahan ajar juga sangat memungkinkan untuk dijadikan buku.
Penulisan buku, menurut Prof Robert, merupakan proses investasi yang akan memberikan keuntungan jangka panjang. Menulis buku juga merupakan academic entrepreneur. “Ketika menjadi academic entrepreneur, bukan berarti keuntungan secara finansial yang diutamakan. Tapi bagaimana hasil karya tersebut memberikan kemanfaatan-kemanfaatan,” ujar Prof Robert. (daud)